Senandung malam mulai letih
Dia beranjak meninggalkannya
Satu detik, dua detik, tiga detik
Semakin rentah menjemput binar-binar mentari
Kali ini berbeda, kusaksikan dia masih bertahan
Tak jua terjaga dengan kengerian pagi
Beban di pelupuk mata belum bisa mengantarkannya
Masih menanti lahirnya tautan kata demi kata
Bisakah aku meminjam sebuah pena?
Bekas saja yang penting darimu. Dalam hatinya.
Akh, tidak. Kenapa aku harus meminjamnya darimu?
Bukankah kau yang telah mencurinya dariku
Perempuan pencuri. Laki-laki perampas.
Kali ini lagi-lagi berbeda. Pencuri penaku. Perampas hatiku.
Akhirnya, menjumpai lagi
Pertemuan yang berakhir dengan melonglongkan kebencian
*Lagi-lagi tentang benci itu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar