Pages

Hentikan Pembicaraan Ini!

Selasa, 06 November 2012

Aku bukan tak ingin mendengar
Seperti duri-duri tajam saja yang mengalun di kuping
Ini tidak sama halnya ketika aku menyayat dengan gertak
Lebih pedih.

Percuma membual
Kau sendiri tak mampu lepas dari kerangkeng sajak-sajak hitam
Aku malu. Tapi kau tak lebih dari setangkai putri malu.
Laki-laki berkedok. 

Hmm. Setiap langkah berbalik memesona
Tak luput kata yang terurai indah
Kuberi garis merah. Lurus menghiasi hitam itu
Nampak lebih baik. Hentikan pembicaraan ini.


Penjilat

Senin, 05 November 2012

Lidah-lidah jalang memecah pagi.
Remukkan pesakitan-pesakitan
Menanti, meraung kelaparan.
Dahaga terpenjara oleh kucuran air peluh
Tak mungkin dijilati.

Lidah-lidah jalang membungkus terik
Membagi hati dan tak sepenuh hati
Tetap saja meretakkan kristal biasan
Embun telah menguap
Apa harus kembali menjilat?

Lidah-lidah jalang bersilat
Merayu dengan bujukan licik
Jangankan bergerak, bergetar pun tidak
Bulir bening menari di sepasang jendela kecil
Menanti tertumpah. Dia keluar dan habis perkara. Kalah.

Tentang Benci

Senandung malam mulai letih
Dia beranjak meninggalkannya
Satu detik, dua detik, tiga detik
Semakin rentah menjemput binar-binar mentari

Kali ini berbeda, kusaksikan dia masih bertahan
Tak jua terjaga dengan kengerian pagi
Beban di pelupuk mata belum bisa mengantarkannya
Masih menanti lahirnya tautan kata demi kata

Bisakah aku meminjam sebuah pena?
Bekas saja yang penting darimu. Dalam hatinya.
Akh, tidak. Kenapa aku harus meminjamnya darimu?
Bukankah kau yang telah mencurinya dariku

Perempuan pencuri. Laki-laki perampas.
Kali ini lagi-lagi berbeda. Pencuri penaku. Perampas hatiku.
Akhirnya, menjumpai lagi
Pertemuan yang berakhir dengan melonglongkan kebencian

*Lagi-lagi tentang benci itu

Sumpah Pemuda di Somba opu

Sabtu, 03 November 2012

            Minggu, 28 Oktober 2012. Hari yang spesial bagi para pemuda. Hari Sumpah Pemuda. Jika dahulu para pemuda memprakarsai tanggal bersejarah tersebut dengan pengakuan bahwa mereka adalah satu. Satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sekarang giliran kita para generasi muda yang mengisinya melalui karya dengan segala kesempatan dan kreativitas yang ada.


         Momentum hari sumpah pemuda di Makassar kali ini bisa saya katakan lebih berkesan dari pada biasanya. Menilik kemajuan teknologi dan peradaban yang semakin berkembang pesat, membuat kita bergerak cepat dan terkadang meninggalkan budaya-budaya luhur yang sebenarnya sangat berharga, unik dan merakyat. “Awas kehilangan jati diri!” itulah kalimat peringatan untuk kita semua.

Suatu kebanggaan tersendiri bagi rakyat Indonesia ketika di antara kita generasi muda, masih ada yang peduli dengan kebudayaan-kebudayaan Indonesia yang mulai luntur, nyaris lenyap bahkan mungkin banyak di antara kita yang sudah tidak mengenali kebudayaan-kebudayaan tersebut, tak terkecuali permainan tradisional. Hal tersebutlah yang sepertinya mendorong Komunitas Jalan-Jalan Seru (JJS) untuk mengadakan kegiatan Makassar Tradisional Games Festival 2012 (MTGF 2012).
Kegiatan MTGF 2012 yang berlangsung di Benteng Sumba Opu Makassar cukup menyita perhatian banyak pemuda. Dalam kegiatan tersebut mereka bisa kembali mengenang permainan-permainan sederhana yang sempat mengisi masa-masa kecil mereka. Permainan tersebut di antaranya ma’boy, mang’asing, maggoli’, lambasena, dende-dende, majjeka dan permainan-permainan tradisional khas Makassar lainnya.

Di tengah keseruan dan kehebohan para remaja serta orang dewasa yang sedang bermain, terlihat pula anak-anak kecil yang sedang lalu lalang mencoba berbagai permainan, berbaur di tengah kerumunan orang-orang yang usianya terpaut jauh dari mereka. Anak-anak kecil itu sepertinya sengaja dibawa dalam kegiatan tersebut agar mereka bisa mengetahui dan mengenal permainan-permainan tradisional yang sangat seru dan menyenangkan. Dan terang saja, mereka berhasil hanyut dalam kegiatan tersebut. Terlihat anak-anak yang sedang membawa tali karet, telihat pula anak kecil yang sedang mencoba bermain engran, dan anak kecil yang sedang berdiri mematung menyaksikan orang-orang dewasa yang sedang bermain asing-asing.
 
Seperti halnya yang dilakukan oleh Komunitas Skholatanpabatas (STB). Kakak-kakak relawan STB sengaja membawa anak-anak panti agar mereka bisa berjalan-jalan sekaligus dapat bermain dan merasakan keseruan kegiatan MTGF 2012. Menurut salah satu relawa STB “Selama ini anak-anak semakin tenggelam dalam kemajuan teknologi dan dunia gadget sehingga nyaris tidak mengenali permainan tradisional daerah mereka.”

Selang beberapa saat permainan harus terhenti karena guyuran hujan. Namun, kegiatan yang dijadwalkan mulai dengan registrasi pada jam 11.00 wita ini kembali dilanjutkan ketika hujan mulai reda. Semarak sumpah pemuda sangat terasa dikalangan pemuda Makassar berkat MTGF 2012. Tak hanya keseruan tapi hadiah menarik telah disiapkan bagi para pemenang permainan-permainan tersebut. Semoga kegiatan-kegiatan serupa lebih sering lagi diadakan oleh para generasi muda dan pemerhati kebudayaan tradisional sebagai bentuk penghargaan dan rasa cinta terhadap warisan para pendahulu kita. Sampai jumpa di MTGF 2013.


           
           
 

WHAT TIME IS IT?

Tags

Most Reading

VISIT

Followers