Lidah-lidah jalang memecah pagi.
Remukkan pesakitan-pesakitan
Menanti, meraung kelaparan.
Dahaga terpenjara oleh kucuran air peluh
Tak mungkin dijilati.
Lidah-lidah jalang membungkus terik
Membagi hati dan tak sepenuh hati
Tetap saja meretakkan kristal biasan
Embun telah menguap
Apa harus kembali menjilat?
Lidah-lidah jalang bersilat
Merayu dengan bujukan licik
Jangankan bergerak, bergetar pun tidak
Bulir bening menari di sepasang jendela kecil
Menanti tertumpah. Dia keluar dan habis perkara. Kalah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar