Semangat
tak terkira mengantarkanku di hari minggu saat pagi bergerak menemui siang.
Sudah beberapa kesempatan kulewatkan untuk mejumpai keadaan agar jatuh pada
waktunya di tempat itu. Ketika siang menjelang rentah aku telah sampai di dermaga
untuk “berlayar” (istilah yang sering kusebut ketika harus menyeberangi sungai
menuju tempat itu).
Sekitar 20 menit menghabiskan waktu mengarungi bentangan
air, aku pun menginjakkan kaki di kelurahan (red: Lakkang) yang menurutku cukup
unik. Bukan pertama kalinya aku ke sana tapi tetap saja tempat itu membawa
kesan eksotik. Mendung pun menjemput kedatanganku. Menemaniku menanti waktu
untuk berhadapan dengan sosok-sosok mungil di tempat itu.
Sanggar
Kelapa, mereka menyebutnya begitu. Selang beberapa menit setelah aku datang, Kakak
Ikhsan (pengajar tetap di Sanggar kelapa) pun tiba. Sembari menanti waktu belajar
kami melakukan briefing untuk mempersiapkan dan mengolah konsep belajar untuk
teman-teman kecil.
Melukis
dengan pasir, itulah tema untuk hari ini. Kami mulai mempersiapkan bahan ala
kadarnya untuk melukis dengan pasir kemudian bergegas menuju lokasi. Awalnya kami berpikir kemungkinan hari ini tidak ada anak-anak sanggar yang akan datang
karena sejak tiba di Lakkang mendung telah menjamu kami. Ternyata dugaan kami
salah, antusias mereka masih nampak untuk menyambut kejutan dari kakak-kakaknya.
Walau separuh dari mereka tidak hadir, sore itu tetaplah menyenangkan.
Celotehan-celotehan nyaring dan polos dari mereka sangat membahagiakan kami,
terutama “saya” yang untuk pertama kalinya bertamu ke rumah mereka.
Sebelum
melukis anak-anak sanggar dibagi menjadi tiga kelompok. Satu kelompok di dampingi
olehku. Mereka pun memulai kegiatan melukis dengan pasir. Tak mau ketinggalan
kakak-kakaknya ikut melukis, terutama Kakak Ujhe semakin menunjukkan
eksistensinya dalam gambar-menggambar. Seru, melukis dengan pasir mengembangkan
kreativitas anak-anak tersebut. Melukis dengan pasir menunjukkan sisi berbeda
dari sebuah karya seni berupa gambar, bahwa gambar bisa tercipta dari sesuatu
yang sederhana namun dapat menghasilkan nilai seni yang jauh lebih tinggi.
Sanggar
Kelapa, tawa dan kebahagiaan sore menjelang petang.
dila ajak2ka heh.. maukaaaaaaa :(
BalasHapushehehe.. boleh.. bolehh :)
BalasHapusBaru saya nda di ajak? Jauhkah? Dimana? :(
BalasHapuska nda bilang2 ki jg.. hehe lumayan kalau dr maros.. naik perahu ki k sana.. :)
BalasHapus