Pages

SANGGAR KELAPA: Melukis Sore dengan Pasir

Senin, 10 Juni 2013


Semangat tak terkira mengantarkanku di hari minggu saat pagi bergerak menemui siang. Sudah beberapa kesempatan kulewatkan untuk mejumpai keadaan agar jatuh pada waktunya di tempat itu. Ketika siang menjelang rentah aku telah sampai di dermaga untuk “berlayar” (istilah yang sering kusebut ketika harus menyeberangi sungai menuju tempat itu).
           Sekitar 20 menit menghabiskan waktu mengarungi bentangan air, aku pun menginjakkan kaki di kelurahan (red: Lakkang) yang menurutku cukup unik. Bukan pertama kalinya aku ke sana tapi tetap saja tempat itu membawa kesan eksotik. Mendung pun menjemput kedatanganku. Menemaniku menanti waktu untuk berhadapan dengan sosok-sosok mungil di tempat itu.
Sanggar Kelapa, mereka menyebutnya begitu. Selang beberapa menit setelah aku datang, Kakak Ikhsan (pengajar tetap di Sanggar kelapa) pun tiba. Sembari menanti waktu belajar kami melakukan briefing untuk mempersiapkan dan mengolah konsep belajar untuk teman-teman kecil. 

Melukis dengan pasir, itulah tema untuk hari ini. Kami mulai mempersiapkan bahan ala kadarnya untuk melukis dengan pasir kemudian bergegas menuju lokasi. Awalnya kami berpikir kemungkinan hari ini  tidak ada anak-anak sanggar yang akan datang karena sejak tiba di Lakkang mendung telah menjamu kami. Ternyata dugaan kami salah, antusias mereka masih nampak untuk menyambut kejutan dari kakak-kakaknya. Walau separuh dari mereka tidak hadir, sore itu tetaplah menyenangkan. Celotehan-celotehan nyaring dan polos dari mereka sangat membahagiakan kami, terutama “saya” yang untuk pertama kalinya bertamu ke rumah mereka.

Sebelum melukis anak-anak sanggar dibagi menjadi tiga kelompok. Satu kelompok di dampingi olehku. Mereka pun memulai kegiatan melukis dengan pasir. Tak mau ketinggalan kakak-kakaknya ikut melukis, terutama Kakak Ujhe semakin menunjukkan eksistensinya dalam gambar-menggambar. Seru, melukis dengan pasir mengembangkan kreativitas anak-anak tersebut. Melukis dengan pasir menunjukkan sisi berbeda dari sebuah karya seni berupa gambar, bahwa gambar bisa tercipta dari sesuatu yang sederhana namun dapat menghasilkan nilai seni yang jauh lebih tinggi.


Cerahnya tawa dan kebahagiaan sore itu seakan menantang hujan yang diselimuti mendung. Tak terasa waktu bergulir. Bahagia, itulah yang terukir dalam catatan saya dan gulita mengantar saya mengarungi lagi bentangan air untuk kembali pulang. Terima kasih untuk waktu yang singkat namun sangat berharga.
Sanggar Kelapa, tawa dan kebahagiaan sore menjelang petang.

4 komentar

 

WHAT TIME IS IT?

Tags

Most Reading

VISIT

Followers