“Pendidikan
berbasis kasih sayang. Saya tidak punya apa-apa yang bisa diberikan selain
kasih sayang”
Itulah kutipan dari
sosok yang tak pernah mengenal lelah ditengah keterbatasannya. Ibu Een
mengabdikan dirinya untuk orang banyak saat kita lupa akan arti kesyukuran, saat kita
tidak tahu kata ikhlas, saat kita tak mengenal kata peduli.
Di era modern ini kita
terkadang tak mampu lagi membedakan sosok pendidik dan sosok yang tak terdidik
(miris memang) tapi, itulah realita yang harus kita saksikan.
Siapakah Ibu Een? Dialah
Oemar Bakriwati bahkan melebihi Oemar Bakri. Ibu Een alumni SPG Negeri Sumedang
dan kemudian melanjutkan ke IKIP Bandung mengambil jurusan psikologi pendidikan
dan bimbingan. Ibu Een terserang penyakit Rheumatoid arthritis (radang sendi) sejak
masih duduk dibangku kuliah. Sudah 28 tahun Ibu Een mengalami lumpuh total
namun selama itu pula beliau mengabdikan hidupnya demi kecerdasan anak-anak
bangsa.
Walaupun gagal menjadi guru di sekolah karena kelumpuhannya tapi di luar pendidikan formal beliau berjuang dengan penuh ikhlas, mendidik dengan kasih sayang. Walaupun hanya dengan berbaring tapi beliau tetap punya semangat untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Tanpa mengeluh beliau mendidik, dan tanpa mengharap apapun selain ridho Tuhan beliau berbagi pengetahuan bersama malaikat-malaikat kecil yang ada di sekelilingnya.
Peraih anugerah Liputan6 Award ini, tak punya apa-apa untuk dibagikan selain kasih sayang sebagai bentuk kepedulian terhadap orang lain. Jika kita kembali pada kenyataan, sosok pendidik seperti Ibu Een mungkin masih bisa dihitung jari. Masalah-masalah pendidikan yang ada sekarang ini bukan kah bercermin pada kasih sayang dalam pendidikan yang jarang kita temui.
Pendidikan memang harus
dilandasi dengan hati seperti yag dikatakan pepatah apa yang kau semai itu pula
yang engkau tuai. Begitu pun dalam mendidik, apa yang kita berikan akan kembali
pula imbasnya pada genarasi-generasi berikutnya.
Mari kita kembali
refleksikan, siapkah kita menjadi pendidik yang ikhlas, niat yang tulus dan
mengedepankan pendidikan berbasis kasih sayang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar