Pages

MEMANGKU BULAN

Rabu, 08 Juli 2015



            Malam itu aku diserang oleh kepungan meteor. Satu persatu dari meteor itu menghunus tubuhku dengan kilatan cahayanya. Ternyata, di belahan planet yang disebut bumi, lucutan-lucutan meteor dinantikan oleh manusia. Mereka bersorak-sorai. Anak-anak tekuk dalam do’a, begitupun yang tua memanjatkan harapan-harapannya. Mereka percaya bahwa meteor yang melesat; bintang jatuh adalah waktu yang tepat untuk mencuap semoga.
            Seorang anak kecil bertubuh gempal berjalan terseok-seok mengejar lesatan yang begitu cepat ̶ malam itu adalah malam ke 10 dia berdo’a di bawah bintang jatuh. Semenjak ibunya bercerita bahwa kita bisa menanam harapan pada bintang jatuh, dia selalu menantikan malam-malam dengan kilatan cahaya pengharapan.
            Dia menuliskan semua harapan-harapannya pada buku dengan sampul lusuh ̶ bergambar diriku yang sudah tak utuh; serupa diriku yang sabit karena sobek. Setiap kali dia berdo’a di malam langka itu, dia selalu mencoret do’a yang telah dia panjatkan. Namun, anehnya dari 10 doa yang telah dia tunaikan malam itu tak ada satu pun yang terwujud.
            Sesekali dalam mimpi setelah berdo’a pengharapannya datang menyapanya, kemudian dia terbangun dengan kenyataan yang kembali harus dia hadapi sendiri. Beberapa hari yang lalu; kali terkahir ibunya datang lalu pergi lagi. Bukan salah ibu, bukan pula salahnya jika sendiri, dan tetap saja dia mempercayai kata-kata wanita bergincu merah itu tentang do’a dan bintang jatuhnya.

Sakau

Senin, 09 Juni 2014

Saya sakit, saya sakau.
Saya seperti tak mengenal diri saya ketika jemari saya telah lama mati dalam tarian atas tuts-tuts. Saat jemari saya tak pernah lagi mengalun di atas kertas-kertas putih.
Saya lupa. Lupa bagaimana saya menguntai kata. Saya lupa bagaimana kita dahulu menulis.
Saya lupa kembali. Saya mencari pintu.
Seperti sebuah degupan kencang kala rasa itu tak mampu saya tahan lagi. Rintangan apapun tak mampu mengelakkan saya. Saya harus, dan harus memintal huruf hari ini juga, sebelum saya tak tahu lagi. Lupa bukan berarti tak tahu, bukan? Lupa hanya ingatan yang tertimbun cerita-cerita baru. Sebelum semuanya terlambat maka saya mencari karena tak mungkin saya ditemukan ketika saya tak mampu meninggalkan jejak. Saya mebuat jejak dalam kalimat-kalimat ini. Saya pun hanya ingin mempertegas bahwa saya lupa bagaimana rasanya kecanduan tapi saya sedang sakau.


-Sakau-

Free in my Day

Kamis, 03 April 2014

Aku lelah, bukan untuk berhenti hanya butuh spasi agar alunan terdengar lebih bermelodi.
I'm coming freeday. Just my freeday. Free yang kudapat dan my day yang kuciptakan sendiri.
Hari ini bukan tanggal merah bukan pula libur tapi aku memilih untuk kebebasan sendiri.
Bukan lepas tanggung jawab tapi sedikit sentuhan ancang-ancang untuk lompatan yang lebih jauh (mungkin).

-Aku sedikit kelelahan-

Bukan Saya

Minggu, 16 Maret 2014

Saya tidak bisa.
Riak-riak tawa memuakkan
Saya bukan teman.
Memang. Karena saya tidak mencari seorang ego
Saya adalah saya.
Maka dari itu, kamu tak mampu mengubah saya
Saya adalah kebencianmu
Mungkin. Karena kau sendiri tak mampu menyayangi dirimu
Saya adalah api
Kau adalah air
Karena kau tak mampu menerima.


16 Maret 2014 (10.00 Wita)

Satu

Kamis, 30 Januari 2014

"Satu menggenapkan, tapi dua melenyapkan" (Dee Lestari)


Itulah mengapa aku selalu menyimpan satu saja. Ketika datang dua maka aku lebih memilih satu. Ketika memberi pun aku akan memberi satu. Satu untuk saat ini. Kenapa? Karena satu datang, satu kuberi akan genap menjadi dua. Dua dari satu kemudian melebur menjadi satu. Seperti sepasang sayap yang ada pada seekor merpati. Bukan sepotong, Aku lebih suka satu. Karena dengan satu aku masih memiliki ke-diri-an, tapi akan melebur pada kedirian yang lain. Jika sepotong? Dia tak akan menjadi utuh ketika tak ditemukan sepotong. Tidak, tidak. Aku tak suka sepotong. Aku ingin seperti dua buah magnet. Aku ingin seperti dua sisi mata uang yang berbeda. Yah. Ke-aku-an. Satu dan satu tapi menggenapkan.

Bagaimana ketika satu tak mampu menjadi genap? Itulah mengapa hanya satu. Aku dapat mengambil satu dan menyimpan satu. Bagaimana ketika satu di titik yang berbeda? Jika ada jalan maka satu dan satu akan bermuara pada titik yang hanya satu. Mari kita mencoba untuk membicarakan satu.

Satu dan Satu. Itulah genap.

"Pertama" 2014

Rabu, 01 Januari 2014

          Hey Shinichi! Hari ini kita banyak membicarakan kata "pertama". Yah, Salah satunya karena hari ini, hari pertama di tahun 2014. Kucoba menuliskan semuanya untuk pertama--di tahun 2014 dalam lembaran yang berbeda. Kau tahu kenapa? Karena aku seringkali berbicara tanpa berpikir; katamu. Makanya dari pada salah bicara, aku bercerita saja pada lembaran kosong. Dari rentetan dialektika 2013 kemarin aku ingin melipat semuanya dan menyimpulnya agak tak berceceran kemudian menghasilkan sedikit ungkapan--maaf kalau lagi-lagi aku terlalu banyak bicara. Aku punya banyak misi di depan, Kau pun demikian. Lebih tepatnya kita harus menyelesaikan semua teka-teki yang ada di depan. Aku punya mimpi yang berat tapi Kau punya tanggung jawab yang lebih berat. Tapi, jujur saja aku berat menerima kenyataan.
          Di awal semuanya aku masih saja bingung dengan keadaan. Kita seperti berada di antara batu besar. Huh! Jauh, jauh, jauh aku mulai mencoba menerima semua yang terjadi di tahun 2013. Kulipat dan kurenungkan. Kau selalu mengingatkan kala aku terbentur, begitupun kala kau terbentur. Tapi satu hal yang lebih berat ketika aku terbentur denganmu. Kau selalu memecahkan misteri-misteri; tak terkecuali misteriku. Tapi, hal yang sudah jelas-jelas nampak (red: batu besar) tak mampu kita pecahkan. Butuh--kita selalu memegang hal itu. Tak mungkin dihancurkan.

Hey!

Minggu, 15 Desember 2013

Kita terlalu sering berbicara tentang hujan, bukit, pantai apatah lagi senja.
Dapat kusimpul cerita.
Kita selalu saja ingin berada pada jejeran bunga-bunga yang wangi
Kita telah terbiasa merasakan sepoi angin yang sejuk
Kita tak jarang dimanjakan oleh keindahan yang manis
Kali ini aku ingin mengajakmu menepi kemudian berdiam di tengah terik matahari.
Berjalan di tengah pengapnya udara.
Coba pikirkan kembali!
Apa kau masih tertarik?
Berapa lama kita bisa bertahan?
Aku tertawa. Kau tertunduk lesu.
Dan ini bukan surga.
Tapi bukan berarti neraka.
Hey, Kau!

15.30/15-12-13


 

WHAT TIME IS IT?

Tags

Most Reading

VISIT

Followers